Rabu, 24 Februari 2016

Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi

th
Pengenalan  Tanaman Penting Dataran Tinggi
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh :
Kelompok 4
1.        Ilham Budi Susilo                (151510501037)
2.        Yudi Imawan                                    (151510501045)
3.        Deni Syaifur A                      (151510501097)
4.        Athfin Rosyid                                   (151510501122)
5.        Rizky Handayani                  (151510501125)
6.        Annas Miftahrurrahman        (151510501153)
7.        Okki Putra M                        (151510501133)
8.        Ibnur Ridlo J                         (151510501140)
9.        Dewi Aamalia                                   (151510501259)
10.    Dela Dias P                           (151510501158)
11.    Diana C                                 (151510501244)
12.    Ade Pratama                         (151510501198)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
LABORATURIUM  FISIOLOGI  TUMBUHAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
          2015


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri mahluk hidup yang ada di bumi. Ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Adapula faktor internal dari benih maupun faktor eksternal dari lingkungan tanaman. Faktor internal adalah faktor dari dalam, meliputi gen dan hormon. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar, meliputi nutrisi, suhu, cahaya, air, kelembaban, media tanam dan lain sebagainya. Intensitas cahaya merupakan faktor penting terhadap berlangsungnya fotosintesis suatu tanaman. Tidak semua energi cahaya matahari dapat diserap oleh tanaman. Jika cahaya yang diterima tanaman kurang maka akan menghambat pertumbuhan tanaman. Pertumbuhan yang terhambat dapat menyebabkan tanaman tersebut menjadi kerdil atau kecil.
Keberagaman karektertistik topografi di bumi membuat jenis tanaman yang tumbuh beraneka ragam. Keberagaman tanaman juga ditentukan oleh ketinggian suatu tanaman tersebut. Perbedaan tanaman dataran tinggi dengan tanaman dataran rendah adalah ketahanan terhadap intensitas cahaya, kelembapan udara dan suhu. Setiap kenaikan tinggi 160 meter maka suhu akan meningkat 10C.
Penanaman tanaman harus disesuaikan dengan sistem agroekologinya,  pemakaian lahan seperti jenis tanaman dan sistem produksi yang tepat dapat meningkatkan prosuktifitas tanaman. Tanaman dataran tinggi seperti tanaman perkebunan dan holtikultura dapat dikembangkan sesusai dengan zona agroekologinya. Karakteristik wilayah dataran tinggi biasanya berbukit, bergelombang serta bergunung dengan berbagai tingkat kemiringan lahan.
Tanaman dataran tinggi memiliki ciri-ciri khusus untuk mendukung pertumbuhannya secara optimal. Tanaman dataran tinggi umumnya memiliki karakteristik hidup disuhu yang rendah dan berada di ketinggian lebih dari 700 meter. Tanaman  dataran  tinggi  tidak  bisa  hidup di dataran   rendah   jika   tidak
dilakukan rekayasa lingkungan seperti aslinya. Hal ini dikarenakan faktor eksternal dari lingkungan yang sangan mempengaruhi proses fisiologis di dalam tubuh tumbuhan tersebut.
Pengelompokannya jenis tanaman dataran tinggi terdiri dari beberapa jenis tanaman hotikultura, pangan dan juga tanaman perkebunan. Jenis-jenis tanaman ini bisa dikembangkan di dataran tinggi yang di sesuaikan dengan karakteristik iklim. Iklim yang cocok membuat tanaman tumbuh optimum sehingga dapat mensejahterakan petani yang menanamnya. Untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman, kita perlu mengetahui jenis lingkungan yang cocok untuk suatu tanaman tersebut tumbuh.

1.2  Tujuan
Supaya mahasiswa mengetahui dan mengenal tanaman-tanaman penting yang berhabitat di daerah dataran tinggi serta morfologi dan taksonominya.



















BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Zona agroekologi merupakan pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaaan fisik lingkungan yang hampir sama di mana keberagaman tanaman serta hewan dapat diharapkan akan berbeda tidak nyata. Agroekologi disusun oleh tiga komponen utama, yaitu iklim, bentuk wilayah atau fisiografi dan tanah. Iklim ialah gabungan berbagai kondisi cuaca sehari-hari dalam kurun waktu yang cukup lama. Topografi merupakan perbedaan tinggi atau bentuk wilayah di suatu daerah, termasuk di dalamnya ialah perbedaan kecuraman serta bentuk lereng. Topografi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil. Topografi sebagai salah satu konsep untuk menyandang pertanian dalam variabel serta tempo yang akan di pengaruhi oleh beberapa faktor yang harus di perhatikan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah tanah, curah hujan dan suhu yang berada di daerah tersebut. Tanah dapat dilihat dari struktur dan penyusunya, air merupakan jumlah atau volume total yang ada sedangkan curah hujan akan berpengaruh terhadap vegetasi yang ada (Kumhalova et al., 2013). Selain tanah akan tetapi air yang terdapat pada dataran tinggi cukup mempengaruhi dalam proses keberlangsungan tumbuh dari tanaman (Matsumoto dkk., 2014).
Keragaman jenis tanaman di suatu wilayah ditentukan oleh interaksi antara genotipe tanaman tersebut dengan faktor lingkungan. Hal tersebut menyebabkan adanya perbedaan morfologi dari suatu jenis tanaman. Perbedaannya ada yang dapat dilihat secara langsung dan ada juga yang harus melakukan pengamatan dengan pengukuran untuk mengetahui perbedaannya. Perbedaan yang memerlukan pengamatan dengan pengukuran, misalnya tingkat produksi, jumlah anakan, tinggi tanaman dan lainnya (sifat kuantitatif) dan perbedaan yang dapat dilihat secara langsung misalnya  perbedaan bentuk biji, daun maupun warna bunga (sifat kualitatif). Perbedaan produktivitas dari setiap varietas  tidak hanya bergantung  pada  sifatnya,  namun dipengaruhi juga oleh  situasi  serta  kondisi daerah tersebut (Jasmi, 2013).

Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh tiga faktor lingkungan. Faktor pertama ialah iklim yang meliputi udara, radiasi matahari, angin, dan kelembapan. Iklim yang berpengaruh pada tanah ialah hujan, secara mekanis air hujan akan mengikis bagian permukaan tanah yang merupakan bagian tanah yang subur (Perez-Candel et al., 2012). Faktor kedua adalah tanah dan kandungan unsur hara yang ada di dalam tanah. Faktor ketiga adalah biotik, seperti gulma, hama, dan penyakit tanaman. Pertumbuhan tanaman pada umunya dipengaruhi oleh habitatnya. Habitat tanaman bergantung ketinggian daerah tumbuhnya atau topografinya. Topografi  suatu habitat mempengaruhi keadaan iklim mikro, suhu intensitas cahaya dan kondisi solum tanah. Iklim mikro dapat dimodifikasi sesuai dengan keinginan. Modifikasi tersebut diantaranya adalah pembuatan naungan, penutupan tanah serta pemanasan (Kartasapoetra dkk., 1987). Menurut Yulianti dalam Kesumawati (2012), pemberian naungan dapat menurunkan suhu udara dan meningkatkan kelembaban. Jika tanaman terlalu berlebihan mengalami paparan sinar matahari yang, maka tanaman tersebut dapat mati dikarenakan suhu ekstrem yang tanaman terima.
Pada umumnya, tanaman tropis yang berasal dari daerah dataran tinggi lebih gampang beradaptasi di daerah dengan iklim empat musim (Rahayu, 2012). Lokasi tanam akan berpengaruh pada kelembapan udara, suhu udara, angin, dan sinar matahari. Unsur-unsur tersebut sangat berpengaruh kepada proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Semakin tinggi suatu tempat maka semakin rendah suhu udaranya, serta sebaliknya semakin rendah suatu lokasi tanam maka suhu yang dilokasi tersebut semakin tinggi. Tanaman dataran tinggi memiliki kondisi lingkungan tertentu untuk dapat bertahan hidup. Salah satu diantaranya adalah ketinggian, semakin tinggi tempat tanam, maka  semakin meningkat pula tinggi tanaman dan panjang yang terbentuk (Wahyu dkk., 2013). Biasanya kondisi ketinggian lebih dikenal sebagai kondisi suhu. Lingkungan dataran tinggi memiliki rata-rata suhu harianya 20,750 (Kusumayadi, 2013).  Suatu daerah dapat dikatakan dataran tinggi jika memiliki ketinggian yang lebih dari 700 meter dpl (Ratnasari, 2007). Salah satu contoh tanaman dataran tinggi adalah bunga krisan dan buah naga.


BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum mata kuliah Pengantar Ilmu Tanaman dengan judul “Pengenalan Tanaman Penting Dataran Tinggi” dilaksanakan pada hari Minggu, 7 November 2015 pukul 07.00 WIB sampai dengan selasai di Desa Rembangan Lor, Kabupaten Jember.

3.2 Bahan dan Alat
3.2.1   Bahan
1.    Tanaman yang diamati
3.2.2   Alat
1.    Tabel pengamatan
2.    Alat tulis
3.    Penggaris
4.    Meja dada

3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Menetapkan objek tanaman yang diamati.
3. Gambar bentuk tanaman yang diamati dan diberi keterangan bagian-bagiannya.
4. Isilah tabel pengamatan.









BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil
Tabel Hasil Pengamatan Tanaman Dataran Tinggi
No.
Jenis Tanaman
Gambar Tanaman
Keterangan
1.
Selada Merah
IMG_20151108_073907
Akar : tunggang dan serabut
Batang: halus panjang bulat
Daun: bergelombang, menyirip, merah kehiajuan
Bunga: berwarna kuning
Biji: lonjong, pipih, keras, berwarna coklat tua, sangan kecil.
2.
Stroberi
12193798_904180469669324_3730575584007883001_n
Akar: serabut
Batang: berbulu, warna hijau
Daun: bergerigi dan menyirip.
Bunga: berwarna putih
Buah: oval, berwarna merah
Biji: diluar kuning kecoklatan, jika masak berwarna hitam.
3.
Buah Naga
Merupakan tanaman hortikultura.
Akar: serabut.
Batang: sukulen
Bunganya berbentuk corong, buahnya bulat berwarna merah.
Biji: kecil berwarna hitam

Bunga Krisan
20151113142900
Akar: serabut
Batang: bulat tegak
Daun: bergerigi
Bunga: besar, lebih dari 10cm
Buah: lonjong
Biji: coklat kehitaman.
Digunakan sebagai dekorasi suatu acara

4.2  Pembahasan
Tanaman Selada Merah merupakan tanaman yang berasal dari daratan Asia dan Eropa. Nama latin tanaman Sambang Darah adalah Lactuca sativa, yang berasal dari famili Asteraceae. Tanaman ini termasuk tanaman yang yang memiliki banyak jenis atau varietas, namun dari banyak varietas itu yang paling sering dijumpai di pasar adalah selada merah dan selada hijau. Tanaman ini banyak digunakan sebagai sayuran untuk diambil daunya.
 Tanaman selada merah hidup di wilayah dataran tinggi. Tanaman selada merah dapat hidup baik pada ketinggian di dataran sedang sampai dataran tinggi, yaitu sekitar 0-1000 meter dpl. Tanaman yang tergolong tanaman semusim ini umumnya dibudidayakan di bedengan (skala besar), namun untuk skala kecil cukup di green house.
Salah satu jenis tanaman sayur yang mengandung zat besi dan vitamin  adalah tanaman selada. Selada merah banyak dijumpai di pasar dan swalayan, tanaman ini banyak dijadikan berbagai olahan di Indonesia. Tanaman selada merah umumnya dikonsumsi dalam bentuk segar, seperti menjadi campuran makanan gado-gado, isi dari burger serta dibuat menjadi salad. Selain itu dapat juga dijadikan hiasan makanan dan lalapan mentah (Muhlisah dan Hening, 2009).
Tanaman selada merah mempunyai tinggi sekitar 0,3m sampai 1m, tergantung varietas tanamanya. Akarnya tergolong ke akar tunggang, namun pada akar tunggang tersebut terdapat akar-akar serabut yang menempel pada batang. Arah tumbuh akar tunggang lebih lurus ke dalam, sedangkan arah tumbuh akar serabut menyebar ke sekitar tanaman. Akar tanaman selada merah tidak bisa dimanfaatkan menjadi olahan.
Batang tanaman selada merah berbentuk bulat panjang dan halus. Tanaman selada merah yang diukur saat praktikum diameter batangnya adalah 2cm, sedangkan panjang batangnya adalah sekitar 100cm. Batang selada merah memiliki warna hijau keputihan. Batang utamanya lurus tegak ke atas serta bercabang-cabang.
Daun tanaman selada merah memiliki ciri bergelombang, tulang daunya menyirip. Warna pada tengah daunya adalah, namun pada tepinya berwarna unggu serta bergelombang atau bergerigi. Tekstur dari daun selada merah renyah seperti gubis, karena itu daun selada merah tidak jarang digunakan sebagai lalapan segar. Daun yang diambil saat penen ciri-cirinya adalah berwarna merah tua kecoklatan. Cara panennya adalah memetik daun yang sudah memenuhi syarat panen.
Bunga selada merah memiliki warna kuning. Letak bunganya di ujung dari tanaman ini, jadi letak bunganya di bagian atas. Bunganya tumbuh di ujung cabang-cabang batang tanaman selada. Bunga tanaman selada merah menjadi penanda pada tumbuhan ini, jika bunga sudah tumbuh maka tanaman ini sudah tidak layak jual. Buah tanaman selada merah tidak berdaging serta memiliki banyak biji. Bentuknya polong dan berukuran sangat kecil. Bijinya lonjong, pipih, keras, berwarna coklat tua dan sangat kecil.
Cara penanaman tanaman selada merah yaitu disemai dilahan gembur lalu ditambah dengan pupuk kandang. Cara persemaian atau budidaya tanaman selada merah yaitu melalui biji. Cara pengolahan tanahnya yaitu dengan cara dibajak dan digaru sampai gembur. Jarak tanaman yang tepat adalah 50cm x 20cm. umur panen tanaman ini sekitar 40-60 hari setelah disemai, umumnya selada daun dipanen sekaligus tanamanya (Haryanto, 2007). Tanaman ini jarang terkena serangan penyakit, jikapun terkena maka akan di semprot menggunakan pestisida. Sortasi daun selada  berdasarkan  kualitas  daun,  daun  yang  lebar  dan  berwarna
cerah memiliki kualitas tinggi. Penyimpananya selama 10-14hari pada suhu kamar dan di pack dalam plastik. Pemasaran selada merah di Indonesia masih di pasar domestik, sedangkan harganya adalah Rp. 1000-Rp. 2000/tanamanya.
Stroberi (Fragaria sp.) adalah tanaman buah yang di temukan pertama kali di Chile yaitu spesies Fragaria chiloensis L. yang menyebar ke berbagai negara Amerika, Eropa serta Asia (Kesumawati dkk., 2012). Nama latin spesies tanaman ini adalah Fragaria Vesca L. termasuk kedalam family Rosaeae. Tanaman ini sekarang banyak digunakan menjadi berbagai olahan, terutama dalam hal pangan.
Tanaman stroberi umumnya ditanam di daerah dataran tinggi. Tanaman ini tumbuh baik pada ketinggian 1000m-1500m dpl dan suhu 17-200C. Tanaman yang tergolong ke keluarga rumput termasuk ketanaman monokotil dan C4. Tanaman stroberi dibudidayakan dibedengan-bedengan jika skala luas, namun untuk skala kecil menggunakan polybag sebagai media tanam. Buah stroberi dapat dipanen dua minggu setelah berkembang. Tanaman stroberi juga dapat ditanam di green house jika kondisi lingkungan tidak mendukung untuk menaman stroberi.
Buah stroberi mengandung banyak vitamin C, selain itu juga terdapat vitamin A, B, E, sodium, fosfor dan zat besi. Tanaman stroberi banyak dijumpai di swalayan dan toko buah. Buah stroberi dapat dimakan secara langsung, dapat juga dioalah menjadi berbagai olahan seperti selai, jus, campuran susu, hiasan makanan dan perasa makanan.
Tanaman stroberi mempunyai tinggi sekitar 0,5m-1m, tergantung tempat penanamanya. Akarnya tergolong ke akar serabut. Akar pada tanaman stroberi juga terdapat stolon. Stolon inilah yang biasanya digunakan sebagai bibit tanaman stroberi. Batang tanaman stroberi berbentuk bulat panjang dan halus. Batangnya beruas-ruas, tertutupi oleh daun sehingga nampak seperti rumput. Saat praktikum sampel batang yang diambil memiliki panjang 14,5cm. Warna batangnya hijau kekuningan serta berbulu tipis.
Bunga tanaman stroberi mahkotanya berwarna putih dan berjumlah lima. Diameter bunga yang diaamati saat praktikum adalah 1,5cm. Benang sarinya berwarna kuning, warna ini sangat menarik bagi hewan polinator. Penyerbukan pada stroberi dilakukan oleh angina serta serangga seperti lebah dan kupu-kupu. Buah tanaman stroberi berwarna merah dengan bintik-bintik kecil berwarna kuning. Ukuran serta ukuran menjadi tolak ukur buah troberi saat dijual di pasaran. Saat praktikum, sampel buah yang diambil ukuranya adalah 2,5cm. biji tanaman stroberi di luar berwarna kuning kecoklatan, sedangkan saat masak warnanya berubah menjadi hitam.
Cara penanaman tanaman stroberi yaitu dengan cara pordus dan bedengan. Jika menggunakan bedengan ukurannya adalah 100x60cm dan tingginya ialah 30-60cm. Pembibitanya dengan cara biji dan stolon, tergantung keadaan. Pemupukan tanaman ini dengan urea, SP36 dan KCl. Pengairanya dengan cara langsung disiram, cukup sampai tanah lembab. Ciri-ciri panenya adalah buah sudah kenyal dan berwarna merah, umur panenya 2 minggu setelah berkembang dan cara panenya dipotong pada bagian kelopak. Buah stroberi sortasinya berdasarkan ukuran serta warna buah. Kemudian pengemasan buahnya adalah dikemas rapat menggunakan plastik dan disimpan di lemari pendingin agar buah tetap segar saat sampai ditangan konsumen.
Bunga krisan merupakan salah satu spesies yang sangat populer dan tumbuh sebagai tanaman penghias dan bunga pot atau bunga potong (Permana dkk., 2013). Nama latin bunga krisan ialah Chrysanthemum Indicum, yang berasal dari family Asteraceae. Tanaman tergolong ke tanaman hias, bagian yang diambil adalah bunganya. Bunganya digunakan sebagai hiasan dekorasi saat acara pernikahan dan acara lainya.
Tanaman bunga krisan dapat hidup maksimal diwilayah dataran tinggi. Tanaman krisan merupakan tanaman semusim yang biji kepingnya tergolong dikotil dan tipe perkecambanya epigeal. Struktur batang tanaman krisan adalah berkayu. Tanaman ini banyak dijumpai di tempat-tempat dekorasi.
Akar tanaman krisan termasuk akar serabut. Akarnya masuk ke dalam tanah sedalam 30cm-40cm. Batangnya berbentuk bulat serta tegak dan lunak. Warna batangnya adalah hijau, jika dibiarkan tumbuh terus maka batang akan menjadi berkayu atau keras. Daun tanaman ini berwarna hijau agak tua. Daun ini tepinya bergerigi, sedangkan bunga tanaman ini besarnya lebih dari 10cm. Biji dari tanaman ini berwarna coklat kehitaman.
Menurut Tedjasarwana dkk., (2011), untuk mendapatkan kualitas bunga krisan potong yang baik, disamping memperhatikan varietas yang ditanam, juga perlu teknik budidaya yang benar, yaitu meliputi penyiapan rumah plastik, media tumbuh, pengaturan panjang hari, penyiraman, pemupukan, perlindungan tanaman, serta perlakuan pascapanen. Cara penanaman tanaman krisan yaitu ditanam langsung dilahan yang tersedia, sedangkan cara persemaianya adalah dengan cara stek. Pengolahan tanah tanaman krisan adalah olah tanah musiman dan sistemnya monokultur. Pemupukan tanaman inin menggunakan pupuk organik atau pupuk kandang. Pengairanya jika ditanam di pot menggunakan pompa air, jika dikebun alias bedengan menggunakan irigasi sawah.
Hama yang sering menyerang tanaman krisan adalah wereng dan ulat tanah. Pengendalian gulmanya denga cara dilakukan penyiangan. Ciri-ciri waktu panen bunga krisan ialah saat kuncup sudah mekar atau pada umur panen 3 bulan. Cara panenya yaitu dengan cara diptong atau dicabut tanamanya langsung. Sortasinya ada dua, yaitu standart dan spray. Kemudian pengemasanya adalah dibungkus menggunakan kertas. Penjualan bunga krisan yaitu masih di pasar domestik, penjualanya langsung ketoko-toko. Harga dari bunga krisanya untuk sekuntum bunga standart adalah Rp. 15.000, sedangkan untuk sekuntum bunga spray ialah Rp. 14.000.
Salah satu tanaman buah yang saat ini sedang populer di masyarakat ialah buah naga (Wisesa, 2014). Tanaman buah naga merupakan tanaman yang berasal dari daratan Amerika. Nama latin tanaman ini ialah Hylocereus Polyrizus, yang berasal dari family Hylocereae. Tanaman ini tergolong tanaman yang memiliki banyak  varietas,  namun  varietas  yang  banyak  di  Indonesia  adalah  buah  naga
merah dan buah naga putih. Tanaman buah naga termasuk tanaman yang tidak lengkap karena tidak memiliki daun. Tanaman ini banyak digunakan sebagai minuman karena rasnya yang segar.
Tanaman buah naga dapat hidup di dataran rendah dan tinggi, namun kebanyakan tanaman buah naga dapat hidup maksimal di dataran tinggi. Ketinggianya anatara 0-1200m, namun yang terpenting adalah kebutuhan sinar matahari tercukupi secara baik. Tanaman yang tergolong ke tanaman hortikultura ini biasanya dibudidayakan di tanah langsung, namun untuk skala kecil dapat menggunakan drum sebagai tempat menumbuhkanya. Buah naga merah memiliki warna merah yang sangat menarik yang disebut antosianin (Simanjuntak dkk., 2014). Kandungan gizi yang paling banyak dalam buah naga adalah vitamin C dan karoten. Buah naga banyak dijumpai di toko buah, pasar dan swalayan. Buah naga umumnya dikonsumsi langsung, dibuat minuman dan juga sebagai pewarna. Kulit buah nagalah yang dijadikan pewarna alami.
Akar tanaman ini tergolong ke dalam akar serabut namun pada batang bagian atas menjadi akar gantung. Saat tumbuh kedalaman akar buah naga sekitar 50cm. Akar buah naga tahan terhadap kekeringan, namun tidak jika terhadap kelebihan air. Batang tanaman naga berwarna hijau dan bentuknya segitiga. Batang tanaman naga akan berlapis lilin jika tanaman sudah dewada. Batang tanaman ini berduru, namun kecil dan tidak mencolok. Bunga buah naga berwarna krem dan mekar saat sore menjelang malam. Saat mekar bunga ini mengeluarkan aroma sehingga menarik hewan untuk menyerbukinya.
Buah tanaman naga ada yang berwarna merah ada yang berwarna putih. Bentuk buahnya bulat lonjong, kulitnya yang seperti mengelupas membentuk mirip kepala naga. Biji buah naga berwarna hitam, letaknya di dalam daging buah. Bijinya langsung dimakan bersamaan dengan daging buah naga.Cara penanaman buah naga ialah dengan cara membuat lubang sedalah 40x40 cm dengan jarak tanam 3x3 m. Cara persemainya adalah dengan cara stek batang. Pemupukanya menggunakan pupuk organik. Pengairan tanaman ini saat musim kemarau yaitu satu minggu sekali sedangkansaat musim hujan tidak perlu penyiraman. Penyakit yang menyerang tanaman ini jarang ada, yang ada ialah hama semut merah. Cara penanggulanganya ialah dengan insektisida, sedangkan gulmanya dicabut adau disiangi.
Umur panen tanaman naga adalah 2-3 bulan, ciri-cirinya adalah wana buah sudah merah dan berukuran besar. Cara panenya adalah memotong buahnya langsung dari ujung. Sortasi buah naga ialah berdasarkan ukuran besarnya. Pengemasanya menggunakan plastik atau kardus. Harga buah naga saat musimnya adalah Rp. 15.000/kg.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Tanaman selada merah merupakan tanaman yang berakar tunggang dan serabut, batangnya berbentuk bulat panjang dan halus serta berwarna kehijauan. Daunya bergelombang dan bunganya berwarna kuning bijinya berwarna coklat tua. Tanaman ini banyak dikonsumsi secara langsung, seperti jadi lalapan dan salad.
2. Tanaman stroberi merupakan tanaman yang berakar serabut, batangnya berbulu dan berwarna hijau. Bunga tanaman ini berwarna putih serta bentuk buahnya oval dan berwarna merah dengan bintik kuning di kulitnya. Biji tanaman stroberi berwarna hitam jika sudah masak dan berwarna kuning diluarnya. Tanaman ini banyak diolah menjadi minuman dan selai.
3. Tanaman buah naga merupakan tanaman hortikultura. Akarnya termasuk akar serabut, sedangkan batangnya sukulen. Bunga tanaman buah naga berbentuk corong. Buahnya berwarna merah dan berbentuk bulat. Bijinya berwarna hitam. Bagian yang dipanen adalah buahnya, buah naga dapat dikonsumsi langsung serta dijadikan olahan seperti selai dan minuman.
4. Tanaman krisan merupakan tanaman hias yang memiliki akar serabut. Batangnya berbentuk bulat dan tegak. Daunya bergerigi sedangkan bunganya besar, lebih dari 10cm. Bijinya coklat kehitaman. Bunga krisan sering digunakan menjadi hiasan dekorasi suatu acara.

5.2 Saran
            Sebaiknya praktikan diberi ruang untuk mengunjungi tanaman yang dijadikan praktikum, karena saat praktikum akibat waktu yang kurang membuat praktikan tidak dapat mengunjungi seluruh tanaman yang dijadikan bahan praktikum.




DAFTAR PUSTAKA
Jasmi., E. Sulistyaningsih dan D. Hermawan. 2013. Pengaruh Vernalisasi Umbi terhadap Pertumbuhan, Hasil, dan Pembuangan Bawang Merah (Allium cepa L. Aggregatum group) di Dataran Rendah. Ilmu Pertanian, 16(1): 42-57.
Kesumawati, E., E. Hayati dan M. Thamrin. 2012. Pengaruh Naungan dan Varietas terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Stroberi (Fragaria sp.) di Dataran Rendah. Agrista, 16(1): 14-21.
Kumhálová, J., F. Kumalam, P. Novak and Š. Matějková. 2013. Airborne Laser Scanning Data as A Source of Field Topographical Characteristics. Plant Soil Environ, 59(13): 423-431.
Kusumayadi, I. W. K., I. M. Sukewijaya. I. K. Sumiartha dan N. S. Antara. 2013. Pengaruh Ketinggian Tempat, Mulsa dan Jumlah Bibit terhadap Pertumbuhan dan Rendemen Minyak Sereh Dapur (Cymbopogon Citratus). Agroteknologi Tropika, 2(1), 49-55.
Matsumoto, S., T. Tsubo, G. Asea, A. Maruyama, M. Kikuchi and M.Takagaki. 2014. Water Response of Upland Rice Varieties Adopted in Sub-Saharan Africa: A Water Application Experiment. J Rice Res, 2(1): 1-6.
Permana, I. M. R., I. K. Suamba dan P. U. Wijayanti. 2013. Bauran Pemasaran Bunga Krisan pada Kelompok Usaha Bersama Manik Mekar Nadi di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangase. Agribisnis dan Agrowisata, 2(1): 12-22.
Perez-Candel, D., J. C. Linares and M. E. Lucas-Borca. 2012. Assessing Climate–growth Relationships Under Contrasting Stands of Co-occurring Iberian Pines Along an Altitudinal Gradient. Forest Ecology and Management, 274(1): 48-57.
Rahayu, S. 2012. Potensi dan Konservasi Jenis-Jenis Hoya Dataran Tinggi Pulau Jawa. Hayati, 18(1): 1-7.
Ratnasari, J. 2007. Galeri Tanaman Hias Bunga. Jakarta: Penerbit Swadaya.
Simanjuntak, L., C. Sinaga dan Fatima. 2014. Ekstraksi Pigmen Antosianin dari Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus). Teknik Kimia, 3(2): 25-29.
Sutedjo, M. M., A. G. Kartasapoetra. 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.
Tedjasarwana, R., E.D.S. Nugroho dan Y. Hilman. 2011. Cara Aplikasi dan Takaran Pupuk terhadap Pertumbuhan dan Produksi Krisan. Hort, 21(4): 306-314.
Wahyu, Y., A. P. Samosir dan S. R. Budiarti. 2013. Adaptabilitas Genotipe Gandum Introduksi di Dataran Rendah. Bul. Agrohorti, 1(1): 1-6.
Wisesa, T. B. dan S. M. Widjanarko. 2014. Penentuan Nilai Maksimum Proses Ekstraksi Kulit Buah Naga Merah. Pangan dan  Agroindustri, 2(3): 88-97.






0 komentar:

Posting Komentar