CINTA DUNIA JANGAN BERLEBIHAN
Tidak ada cinta terhadap dunia
kecuali cinta terhadap Allah. Kalaupun ada cinta pada dunia, hakikatnya itu
adalah cinta karena Allah. Inilah salah satu rahasia sukses Rasulullah.
Rasulullah
yang mulia adalah contoh seorang pemimpin yang sangat dicintai umatnya; seorang
suami yang menjadi kebanggaan keluarganya; pengusaha yang dititipi dunia tapi
tak diperbudak oleh dunia karena beliau adalah orang yang sangat terpelihara
hatinya dari silaunya dunia. Apa yang dimaksut dengan dunia? Firman-Nya: Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sesuatu yang
melalaikan. Dan kehidupan duniaini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”
(QS. Al-Hadiid [56]:20)
Dunia
adalah segala sesuatu yang membuat kita lalai kepada Allah. Misalnya, shalat,
saum, atau sedekah, tetap dikatakan urusa dunia jika niatnya ingin dipuji
mahluk hingga hati lalai terhadap Allah.
Sebaliknya,
orang yang sibuk siang malam mencari uang untuk didistribusikan kepada yang
memerlukan atau untuk kemaslahatan umat—bukan untuk kepentingan pribadi— bukan untuk
kepentingan pribadi terhadap Allah, walau aktivitasnya seolah duniawi. Artinya,
segala sesuatu yang membuat kita taat kepada Allah, maka hakl itu bukanlah
urusan dunia.
Bagaimana
ciri seorang yang cinta dunia? Jika seseorang mencintai sesuatu, maka dia akan
diprebudak oleh apa yang dicintinya. Jika orang sudah cinta dunia, maka akan dating
berbagai penyakit hati. Ada yang menjadi sombong, dengki, serakah, atau capek
memikirkan yang tak ada. Makin cinta kepada dunia, makin serakah. Bahkan, bias berbuat
keji untuk mendapatkan dunia yang
diinginkanya. Pikiranya selalu dunia , pontang-panting siang malam mengejar
dunia untuk kepentingan dirinya.
Ciri
lainya adalah takut kehilangan. Seperti orang yang bersandar dikursi, maka akan
takut sandaranya diambil. Orang yang bersandar ke pangkat atau jabatan, maka ia
akan takut jabatanya diambil. Oleh sebab itu tidak pernah merasa bahagia.
Semua
yang ada di langit dan di bumi titipan Allah semata. Kita tidak mempunyai
apa-apa. Hidup di dunia hanya mampir sebentar saja. Terlahir sebagai bayi,
membesar sebebntar, semakin tua, dan akhirnya mati. Kemudian terlahir manusia
berikutnya, begitu seterusnya.
Kita harus
meyakini bahwa siapapun yang tidak pernah berusaha melepaskan dirinya dari
kecintaan terhadap dunia, maka akan sengsara hidupnya. Mengapa? Sumber segala
fitnah dan kesalahan adalah ketika seseorang begitu mencintai dunia. Semoga Allah
mengaruniakan pada kita nimatnya hidup yang tak terbelenggu oleh dunia. Wallahu
a’lam.
(Majalah YATIM, edisi No. 10 Th. XV / Februari 2011)
bagaimana?
BalasHapus