BULU UNTUK KEMENANGAN
Suara
motor sudah terdengar, aku segera menyelesaikan sarapanku. Ibuku membantu
menyiapkan perlengkapan sekolah. Lalu setelah selesai sarapan, aku segera
mengenakan sepatu. Tak lupa, aku meminta uang saku kepada ibu. Ibuku selalu perhatian
kepadaku. Aku selalu mencium tangan ibu sebelum berangkat sekolah. Kemudian aku
berangkat sekolah diantar oleh ayah.
Di sekolah aku cukup berprestasi, aku
selalu masuk rangking lima besar. Sosialisasi ku juga lumayan bagus, aku banyak
dikenal oleh guru-guru dan adik kelas. Apalagi aku seorang atlet bulutangkis di
sekolah. Aku selalu dipuji setiap aku memenangkan lomba bulutangkis.
Hobiku ialah bulutangkis. Sejak kecil
aku sering bermain bulutangkis bersama ayahku. Awalnya aku cuman bermain-main
bulutangkis, namun ayahku melihat bahwa ada bakat bulutangkis didalam diriku.
Hingga akhirnya ayah melatih aku sampai sekarang.
Namun
akhir-akhir ini aku jarang latihan bulutangkis. Karena aku sudah kelas enam
semester dua, berarti sudah mendekati ujian nasioanal (UN). Ibu menyuruh aku
agar aku giat belajar, sedangkan ayah menyuruh aku supaya latihanku ditambah.
Karena dua bulan lagi aku mengikuti kejuaraan bulutangkis di kota malang. Aku
sangat bingung sekali.
Kemudian disore hari, aku bertemu
dengan Tia. Aku bertemu saat aku bersepeda disekitar rumah. Dia adalah
sahabatku dari kecil. Dia juga sekelas dengan aku. Aku pun bercerita tentang
masalah yang aku hadapi. Lalu, Tia memberi solusi agar aku memilih mementingkan
pendidikan. Karena menurut Tia, UN hanya sekali dan tak bisa diulang. Sedangkan
bulutangkis masih bisa dilakukan setelah UN selesai.
Akhirnya aku mengikuti saran Tia. Lalu
aku bercerita kepada ayah tentang pentingnya UN daripada kejuaraan bulutangkis.
Namun, tidak kuduga ayah menginginkan supaya aku latihan bulutangkis. Sedangkan
ibu tidak mau mengalah.
Hari demi hari kulewati dengan penuh
kebimbangan. Dihatiku, sebenarnya aku ingin konsnetrasi ke ujian nasional. Aku
ingin masuk ke SMP favorit di kotaku. Untuk masuk ke SMP favorit aku harus
belajar lebih giat dan fokus ke ujian nasional.
Hari
berasa begitu cepat, ujian nasional hanya kurang seminggu lagi. Sedangkan kejuaraan
bulutangkis berlangsung sepuluh hari
lagi. Ku tingkatkan belajarku, ku tambah latihan bulutangkisku. Aku selalu berdo’a
kepada Tuhan agar diberi kemudahan untuk UN dan bulutangkis ku.
Ujian nasional pun tiba, aku bangun
pagi supaya bisa belajar. Ujian nasional berlangsung selama tiga hari dan tiga hari juga aku latihan. Aku
mengikuti ujian nasional dengan tenang, karena telah ku siapkan sejak beberapa
minggu lalu. Akhirnya ujian nasional memasuki hari terakhir.
Setelah ujian nasional selesai, akupun
pulang. Namun aku dijemput oleh kedua orang tuaku. Kemudian aku langsung
melesat ke Malang untuk mengikuti kejuaraan bulu tangkis usia 12 tahun. Aku ke Malang mengendarai mobil
yang dipinjam ayahku dari tetangga. Akhirnya setelah tiga jam aku tiba di
tempat kejuaraan bulutangkis. Aku melihat para peserta yang cukup banyak.
Lalu, ibu mendaftarkan aku dipanitia
acara. Kemudian aku mengikuti kejuaraan. Tak kuduga, aku berhasil masuk final.
Pertandingan final aku hadapi dengan semangat. Dan hasilnya ialah kemenangan
tiga set. Lawanya cukup handal, aku kalah di set awal, lalu ku balas di set
kedua dan ketiga. Kemenangan ini kuraih karena dukungan dari kedua orang tuaku
dan teman-temanku.
Saat pulang ke Kediri, orang tuaku menyelenggarakan syukuran atas kemenganan
yang aku raih di kejuaraan. Banyak tetanggaku yang member selamat kepadaku.
Akupun merasa bangga dan bahagia. Apalagi hadiah yang kuterima cukup banyak.
Bisa untuk membeli sepatu dan juga raket.
Aku sangat terkejut saat aku masuk sekolah. Aku disambut oleh
teman-temanku. Tak hanya itu guru-guru pun juga ikut menyambut aku. Aku sangat
senang sekali. Sekolah ku bangga mempunyai siswa yang berprestasi seperti
diriku.
©ILHAM BUDI SUSILO
Kritik dan saran
Twitter @Ilham_boedi77
Facebook Ilham Boedi
0 komentar:
Posting Komentar